Dari sudut etimologi, tawassul bermaksud ‘mendekatkan diri’.
Adapun tawassul yang telah disepakati oleh para ulama akan keharusannya ialah:
Dalilnya ialah firman Allah SWT:
Dari sudut terminologi, ianya memberi erti mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan mentaati serta beribadah kepada-Nya, mengikuti para nabi dan rasul-Nya dan dengan setiap amalan yang dicintai serta diredhai oleh-Nya.
Terdapat pelbagai jenis tawassul. Sebahagian jenis tawassul telah disepakati oleh para ulama akan keharusannya (mubah-boleh dilakukan). Dan sebahagian jenis tawassul yang lain diperselisihkan hukumnya.
Adapun tawassul yang telah disepakati oleh para ulama akan keharusannya ialah:
- Bertawassul dengan zat, nama dan sifat Allah SWT.
Dalilnya ialah firman Allah SWT:
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Ertinya: “Hanya milik Allah nama-nama yang baik, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama tersebut. Dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang daripada kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (al-A’raaf: 180)
- Bertawassul dengan amal soleh.
Dalilnya ialah hadis sahih yang telah diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim serta al-Nasa’i daripada Abdullah bin Umar (Ibn Umar) RA mengenai kisah tiga orang yang terperangkap di dalam gua.
Orang pertama, bermohon kepada Allah SWT dengan bertawassul terhadap amal solehnya yang telah berbuat bakti kepada kedua ibu bapa.
Orang kedua, bermohon kepada Allah SWT dengan bertawassul terhadap amal solehnya yang telah menghindari zina semata-mata takut kepada Allah.
Orang ketiga, bermohon kepada Allah SWT dengan bertawassul terhadap amal solehnya yang telah memulangkan bayaran upah pekerjanya dengan berlipat kali ganda.
Lalu, gua yang tertutup tadi terus terbuka dengan izin Allah SWT, dan akhirnya ketiga-tiga mereka dapat keluar daripada gua tersebut.
- Bertawassul dengan doa orang lain.
Dalilnya ialah firman Allah SWT:
وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Ertinya: “Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar), mereka berdoa: Ya Allah Ya Tuhan kami, ampunkanlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu daripada kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian di dalam hati kami, terhadap orang-orang yang beriman. Wahai Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (Al-Hasyr: 10)
Manakala, jenis tawassul yang diperselisihkan hukumnya ialah:
- Bertawassul dengan zat, atau peribadi seseorang sama ada nabi, rasul atau wali.
- Bertawassul dengan kedudukan, hak, kehormatan atau berkat seseorang sama ada nabi atau wali.
- Bertawassul dengan bersumpah atas Allah dengan seseorang, sama ada rasul, nabi atau wali.
Menurut pendapat yang pasti, bertawassul dengan nabi Muhammad SAW adalah diperbolehkan dan hujah untuk melakukan demikian adalah kuat. Ini kerana Rasulullah SAW adalah pemimpin bagi sekalian anak Adam, dan kemuliaan baginda SAW sudah tidak dapat disangkal lagi. Adapun bertawassul kepada selain Rasulullah SAW, tidak sekuat jikalau dibandingkan dengan bertawassul kepada baginda SAW.
Wallahu a’lam bis shawab.
Sumber:
“Pengantar Tasawwuf Islam.” Dr. Musa bin Fathullah Harun.
No comments:
Post a Comment